Uang Tumbal



Berhati-hatilah kalau Anda menemukan uang dipinggir jalan, atau di tempat-tempat umum. Jangan-jangan, uang itu uang tumbal yang sengaja di letakan oleh pelaku pesugihan untuk mencari tumbal.

Menurut rumor yang beredar di Masyarakat. Para pemilik toko konon ada yang mempunyai pesugihan. Tentu saja rumor tersebut tak patut dipercaya mengingat tidak ada nya bukti yang menguatkan. Namun, kisah yang dialami Nuraini menarik juga untuk disimak. Nuraini tinggal di pinggiran desa daerah Cikupa, Balaraja, Tangerang, mengelola sebuah warung kelontongan di desanya. Menuturkan pengalaman nya yang cukup fenomenal.Agar lebih asyik diikuti, Saya sengaja menuliskannya dalam bentuk pengakuan.

Berawal ketika aku pergi ke pasar Cikupa. Karena di pasar ini dijual berbagai keperluan untuk daganganku. Meski harus menempuh jarak yg lumayan jauh. Setelah merasa keperluan yg dibeli cukup.Aku pun berniat untuk segera pulang. Karena hari itu bukan hari pasaran kendaraan yang ngetem hari itu tidak ada,Karena hari mulai panas. Aku pun berteduh di pinggir toko yang menjual bibit tanaman buah-buahan. Sambil melihat-lihat berbagai bibit tanaman tiba-tiba mataku melihat dua lembar uang limapuluh ribuan yang tergeletak disela-sela bibit pohon mangga, "Uang siapa?" gumamku. "Tadi disekitar sini tidak ada orang. ah, lumayan mungkin ini rejeki ku" Lalu uang itu aku ambil. Tentu saja setelah menengok kiri kanan dulu takut ada orang yang memperhatikan ku. Tak lama kemudian kendaraan yg kutunggu datang. Aku pun bergegas naik kedalam.

Šesampainya dirumah, kuceritakan penemuan uang itu kepada suamiku sambil memperlihatkan uang nya yang masih utuh belum terpakai. "Jangan dulu dibelanjakan, Ma. Simpan saja dulu. Aku takut itu uang wadal!" kata suamiku mengingatkan. "Uang wadal! apa maksudmu? tanyaku bingung. Begini Mah. menurut cerita orang-orang tua dulu, katanya ada pelaku pesugihan yang mencari tumbal dengan cara menyimpan uang dipinggirkan jalan atau dimana saja yang banyak dilalui orang. Dengan maksud supaya ada orang yang mengambil. apabila uang itu ada yang ngambil. Maka sipelaku pesugihan akan menunjukan kepada siluman yang dipujanya. bahwa tumbal yang harus diambil adalah orang yang memungut uang tersebut. sebab secara tidak sadar sipemungut uang itu Sudah ikut menikmati harta yang diperoleh dengan jalan sesat itu." Merinding bulu kuduku mendengar penjelasan suamiku itu. Dan aku tak berani membelanjakan uang itu. Malahan uang itu aku simpan di dalam lembaran Al-Qur'an, aku takut kalau uang itu benar uang wadal.

Ťiga hari setelah penemuan uang itu. Tetanggaku menawarkan antena TV. kebetulan aku sedang membutuhkan alat itu karena TV ku tidak ada antena nya. Karena tidak ada uang aku membelinya dengan uang yang kutemukan itu. lalu apa yang terjadi...?

Šuamiku bekerja sebagai pedagang di Jakarta karena itu hanya beberapa hari saja dia ada di rumah paling lama seminggu sudah berangkat lagi ke Jakarta. Sedangkan aku di rumah ditemani oleh ketiga anaku yang masih kecil-kecil. Disamping sibuk mengurusi dagangan, hari-hariku dihabiskan mengurusi anak-anak.

Hari itu sehabis menjalankannya Sholat Dzuhur, aku masih tiduran di atas sajadah. Kuperhatikan sekeliling tembok kamarku yang sudah mulai pudar warna cat nya. Tepat dihadanpanku ada garis-garis tembok yang lembab menyerupai gambar kepala wayang. Aneh, sepertinya ada sesuatu kekuatan yang menuntun diriku untuk memperjelas gambar itu. Ku ambil sepidol dan kuperjelas gambar itu. Setelah selesai kugambar betapa kaget nya aku gambar itu menyerupai gambar manusia. Dia seorang putri cantik dengan rambut panjang terurai. Diatasnya memakai mahkota.

Ýa, gambar itu seperti gambar Nyi Roro kidul ratu pantai Selatan. Tokoh itu aku tahu dari cerita film. "Ah, tak mungkin kalau itu gambar Nyi Roro kidul" aku menepis perasaan ku sendiri. Namun aneh tiba-tiba dalam hatiku menyimpan kerinduan yang sangat dalam. Sepertinya aku ingin bertemu dengan tokoh itu.

Šejak hari itu, setiap aku selesai mengerjakan sholat gambar itu selalu aku pandang dengan perasaan kangen. Bahkan, anaku yang paling besar selalu menegurku karena aku sering berlama-lama menatap gambar itu.

Ēntah karena aku terobsesi dengan gambar itu, pada suatu malam aku bermimpi bertemu dengan nya.Dia datang mengendarai kereta kuda, kereta itu berhenti di depanku. Aku sempat berdialog dengan nya. "Aku ingin ikut dengan mu putri!" pintaku padanya. "Nanti kau akan aku jemput setelah tiba saatnya," jawab sang putri. paginya, aku mengingat-ngingat mimpiku itu. Aku merasa aneh sendiri. "Ah, mungkin ini hanyalah bunga tidur," pikirku.

Ãneh, malam berikutnya, tepatnya malam Kamis besok nya Jum'at Kliwon. Tengah malam itu aku terbangun. Biasanya kalau aku terbangun tengah malam tak lupa melaksanakan sholat tahajud. Tapi malam itu malas sekali rasanya. Kupejamkan lagi mataku. Tapi tidak mau terlelap. Akhirnya kuraih tasbih disampingku. Sambil tidur terlentang aku mulai membaca sholawat. Belum juga mencapai hitungan keseratus. Tiba-tiba aku mendengar suara kecipak air. Suara itu kudengar sangat jelas lalu disusul dengan suara orang lagi mencuci dan suara aneh lain nya. "Malam-malam begini Bi Ijah mencuci piring," pikirku. Bi Ijah adalah Bibiku yang dapurnya bersebelahan dengan kamar tidurku. Namun pikiranku meleset. karena lama kelamaan suara itu berubah jadi gemuruh air laut dengan deru ombak yang diselingi suara derap kaki kuda. Sepertinya ada sepasukan berkuda. Tanganku masih memegang tasbih dan mulutku masih tetap membaca sholawat.

Ťerdengar samar-samar derap kaki kuda itu semakin mendekat. Memasuki gang jalan rumahku dan berhenti tepat didepan rumahku. Kudengar begitu ramainya. Perasaanku jadi was-was dan khawatir. Aku tersentak jangan-jangan pasukan kuda itu mau menjemputku.

"Ýa Allah, lindungilah aku!" Doaku. Aku baru teringat dengan uang yang kutemukan di pasar dua Minggu yang lalu. Buru-buru aku membaca kalimat thoyibah, seraya menyebut kebesaran Allah kubaca juga ayat-ayat Al-Qur'an yang kuingat.

Ťapi tetap saja suara pasukan berkuda itu belum juga pergi dari depan rumahku. Malahan aku merasa tubuhku menjadi kaku tidak bisa digerakkan. Tapi hatiku masih sadar dan masih tetap berlindung padanya.

Ditengah-tengah ketakutan dan keputus asaan. Aku teringat sebuah Do'a yang diajarkan suamiku. Akupun membacanya dengan penuh ke khusuan.

Ãjaib! Tiba-tiba suara pasukan berkuda itu menghilang. Dan tubuhku bisa kembali digerakkan. Namun aku seperti meriang, keringat dingin membasahi seluruh tubuhku, rasa takutku begitu mencekam. Baru kali ini aku merasa takut dirumah ku sendiri. Kulirik jam dinding menunjukan pukul 02 tengah malam. Aku terus membaca Do'a tersebut, sampai aku terlelap tidur kembali.

Êsok paginya ada kejanggalan. TV yang semalam masih berfungsi dengan baik tiba-tiba menjadi rusak. Mungkin kah ada kaitan nya dengan antena yang kubeli dengan menggunakan uang yang aku temukan.

Lewat seminggu setelah kejadian itu suamiku datang dari Jakarta. Kuceritakan kejadian yang kualami kepadanya. Bahkan aku menambahkan bahwa aku masih merasakan perasaan rindu pada sosok seorang putri cantik yang mirip Nyi Roro kidul itu. Suamiku menasehati agar aku waspada."Jangan-jangan dia akan datang lagi, Mah!" Katanya.

Kami berdua yakin bahwa uang itu yang membawa petaka. Atas saran suamiku aku harus ikut ke Jakarta. Anak-anak yang sekolah aku titipkan pada neneknya. Yang aku ajak hanya sikecil yang baru berumur empat tahun.

Hari-hariku di Jakarta hanya membantu suami ikut melayani pembeli. Sampai akhirnya suatu kejadian aneh menimpa diriku. Malam itu kira-kira pukul 21.00. kerinduan ku pada sosok gaib yang mirip Nyi Roro kidul itu tidak bisa tertahankan lagi.Aku berteriak-teriak histeris, seperti orang gila memanggil-manggil "sang putri" tubuhku bergetar hebat diiringi isakan tangisku. Suamiku langsung kaget, dan buru-buru memeluk tubuhku yang limbung. "Mah, Istighfar, Mah. Astaghfirullahal'adzim!" Suamiku membisikannya berkali-kali ditelingaku.

Ãku berusaha melepaskan diri dari pelukan suamiku. Yang kuinginkan hanya berlari memeluk bayangan yang mirip Nyi Roro kidul itu. Yang begitu lekat menari- nari dalam ingatanku. Mungkin seandainya suamiku melepaskanku ketika itu, maka bisa-bisa aku berlari ketengah jalan raya. Sedangkan dijalan raya begitu padat kendaraan yang berlalu lalang. Kebetulan warung suamiku menghadap jalan raya.

Šuamiku masih kuat memegangiku. Dalam kepanikan itu suamiku masih mampu menuntunku membaca sebuah do'a. Do'a yang mujarab karena setelah aku ikut membacanya ada sesuatu kekuatan yang menyadarkanku.

Šetelah sadar, aku dipapahnya ketempat tidur. Badanku meriang dan lemas. Aku dan suamiku terus-terusan membaca do'a tersebut. Bahkan oleh suamiku ditiup-tiupkan kesekujur tubuhku. Lama-lama pertarungan itu selesai. Karena akhirnya aku merasakan jiwaku kembali tenang. Setelah kejadian dimalam itu, malam-malam berikutnya aku tidak mengalami hal-hal yang aneh lagi.

Šetelah sebulan peristiwa itu berlalu, aku kembali lagi kerumah dan belanja lagi kepasar Cikupa untuk membeli barang dagangan. Karena ada sesuatu barang yang belum kubeli, Aku memutuskan untuk membeli barang tersebut di toko dimana dulu aku menemukan dua lembar uang 50 ribuan itu. Kebetulan toko tersebut memang sangat lengkap.

Kalau dulu sewaktu aku belanja Bapak pemilik toko yang selalu melayaninya. Tapi kali ini saat aku belanja hanya kelihatan Ibunya saja, ditemani seorang pelayan nya. Ketika aku menanyakan perihal Bapak pemilik toko, sudah barang tentu suami dari Ibu itu, maka ketika itu Ibu pemilik toko tersebut menatapku. Matanya menyapu keseluruh badanku dari ujung kaki sampai keatas kepala. Sepertinya sedang menyelidiki sesuatu.

Šetelah belanja, aku mampir dulu kerumah saudaraku yang letaknya tidak jauh dari pasar Cikupa. Aku bermaksud silaturahmi karena selama ini aku agak lama tinggal di Jakarta, aku belum mendatanginya.

Šecara kebetulan rumah saudaraku ini tidak jauh dari toko tempat belanja aku tadi. Kami mengobrol ngalor ngidul. Entah kenapa aku tiba-tiba menanyakan Bapak pemilik toko itu. Dan aku tersentak kaget,Sewaktu saudaraku menjelaskan bahwa Bapak pemilik toko tersebut meninggal dunia beberapa Minggu yang lalu. "Dia meninggal mendadak. Katanya karena serangan jantung." Cerita saudaraku.

Šetelah kutanyakan pada saudaraku bulan dan tanggalnya, dimana si bapak meninggal, aku bertambah kaget lagi. Ternyata si bapak itu meninggal pada bulan, tanggal dan jam yang sama ketika malam itu aku berteriak histeris memanggil-manggil sosok putri yang mirip Nyi Roro kidul itu.

Šewaktu aku mengingat kembali kejadian itu aku jadi bergidik ngeri. Mungkin Tuhan belum mengijinkan aku meninggal dengan cara yang tidak wajar. Kisah ini sengaja aku tuturkan untuk pembaca Blogspot Barangbang Semplak agar ada manfaat dan hikmahnya.

★Šumber Majalah Misteri★

Comments

Popular posts from this blog

Misteri Dewi Kumbini Pusaranya Pantang Dibersihkan

Orang Cinengah Garut Pantang Makan Daging Menjangan