Tữbữhkữ Kểtĩtĩsẩn Ữlâr Sĩlữmẩn

Duapuluh Lima tahun Yang silam, aku pernah mengalami suatu kejadian Yang aneh dan berbau mistis. Walau kejadian itu sudah begitu lama, tapi kejadian itu masih membekas dalam ingatanku sampai sekarang.

Perkenalkan nama ku Aan Anwar Hambali, Orang-orang di kampungku biasa memanggil namaku dengan sebutan "Mang Aan", aku tinggal bersama Neneku yang bernama Nini Dasmi(Nenek Dasmi red). Neneku orangnya taat beragama, Ibadah Sholat Lima waktu mengaji selalu beliau laksanakan tanpa ada perasaan malas, dikala terjaga waktu malam, beliau tak lupa untuk menjalankan Sholat sunah tahajud, memang neneku orangnya sangat religius.

Karena ketaatan nya dalam menjalankan perintahnya, mungkin Tuhan memberi kelebihan pada Neneku, sehingga di usia nya yang sudah renta penglihatan matanya masih tetap tajam, baca ayat suci Alquran saja, beliau tidak pernah memakai alat bantu, sungguh aku sangat mengaguminya, aku dan Neneku tinggal di Kampung Cikadu Babakan Kulon, Ds.Rajamandala, Kec.Rajapolah, Kab.Tasikmalaya, tempat dimana aku dilahirkan

Sedangkan aku cucunya adalah seorang pengangguran, sebetulnya sih ada oráng yang mengajaku untuk bekerja dikota, tapi karena aku orangnya pemalas aku menolak tẩwaran itu,waktu itu aku lebih memiilih pekerjaan yang sia-sia, jalan-jalan dipematang sawah sambil ngurek belut(mancing belut), đi godebag, atau memancing ikan đi Sungai Cidahu đi sebelah selatan kampungku.

Pada suatu hari karena fikiran ku lagi suntuk, kuputuskan untuk pergi memancing đi Sungai Cidahu, memancing đi sungai adalah kesukaanku, karena panorama âlamnya yang indah, ditambah udaranya yang sejuk, membuat fikiran dân perasaanku terasa nyaman dân damai, makanya aku suka berlama-lama kalau memancing ikan đi sungai.

Hari itu aku memancing lumayan jauh, dari hulu leuwi gupit sampai ketempuran sungai Cidahu đi sebelah utara Kampung Babakan picung, terus naik keatas kearah selatan menuju Sungai Cileuleus, saking asyiknya aku memancing, tak terasa hari sudah menjelang senja, matahari sudah bergulir kearah bârat sebentar lagi sembunyi dibalik kegelapan.

Akupun buru-buru pulang takut kegelapan ditengah jalan, sebelum pulang kuhitung dulu hasil pancinganku, ternyata cuman dapat enam ekor itupun kecil-kecil, langsung ikan itu aku buang lagi kesungai. Sampai dirumah hari sudah mulai gelap sebentar lagi adzan maghrib berkumandang.

Setelah menjalankan sholat maghrib berjamaah đi mesjid, pulang kerumah aku langsung tertidur pulas, pas Tengah malam aku terjaga, perutku keroncongan minta diisi karena memang tadi sore aku belum makan, karena keburu ngantuk, akupun bangun dân melangkah keruang tengah, untuk mengambil nasi yang biasa Neneku sediakan didalam bupet.

Pas keluar disamping kamar belakang tempat ku tidur ada lemari tua, yang terbuat dari kayu yang ada kaca cerminnya, sebelum mengambil makanan akupun bercermin dulu, râsanya ada yang kurang kalau aku belum melihat wajahku.

Aku pun bercermin di káča lemari, memandang wajahku yang mulai keriput termakan usia. cermin memang tak pernah bohong. Ku akui wajahku memang jelek dan menyeramkan, tak heran bila ada tetanggaku yang rumahnya berada di sebelah barat dari rumahku, memberi sebuah julukan padaku, dengan julukan Arjuna Pangsisina(Arjuna paling pinggir, red).

Arjuna Pangsisina itu julukan buat seorang tokoh penakawan Pandawa Lima yang bernama si Cepot(Astrajingga, red). Sejujurnya jauh di lubuk hatiku yang paling dalam, aku merasa terhina dengan julukan tersebut, tapi aku hanya bisa mengurut dada, karena memang kenyataannya begitu, aku hanya bisa menggigit bibir dengan perasaan miris.

Tapi walaupun wajahku jauh daří kata tampan, Aku berusaha untuk tetap mensyukurinya. Karena kalau aku melihat kebawah, masih banyak orang dibawah sana yang berwajah jelek melebihi aku, tapi mereka tetap PD-PD aja, masa aku harus minder Aan Gito loh.
Ketika sedang asyik-asyiknya aku bercermin, aku merasakan ada sesuatu yang aneh di sekitaran ubun-ubun kepalaku, di ubun-ubun kepalaku seperti ada pusaran energi yang berputar-putar, dan disusul dengan munculnya energi berbentuk seekor ular yang menyeruak masuk lewat ubun-ubun kepalaku rasanya dingin dan begitu nyata.

Ular itu menerobos masuk lewat ubun-ubun kepalaku, meliuk-liukan badan nya melewati kening, leher, dan menembus dadaku, kurasakan ular itu lumayan panjang walau kepalanya sudah berada di dalam dada tapi badan dan ekornya, masih terasa meliuk-liuk di sekitar leher dan ubun-ubun ku. Secara perlahan seluruh tubuh ular itupun masuk seluruhnya kedalam dadaku dan bersarang di sana.

Setelah ular itu mengeram di dalam dadaku, aku seperti kehilangan kendali, tanpa sebab apa-apa, tiba-tiba saja emosiku memuncak ingin rasanya aku mengamuk dan melemparkan semua perabotan yang ada di dalam rumah neneku.

Dan yang lebih aneh lagi, pas aku melihat sebilah pisau dapur yang tergeletak di atas bupet, seperti ada suatu kekuatan yang menuntun tanganku, kuraih pisau itu, rasanya aku ingin bunuh diri dan menghujamkan pisau tersebut berkali-kali kedalam ulu hatiku sampai aku puas.

Untungnya aku masih punya kesadaran, akal sehat ku masih bisa berfikir normal sehingga kekuatan sesat itu tidak sepenuhnya bisa menguasai diriku, aku merasa ada hal-hal yang tidak wajar terjadi padaku.

Karena waktu aku bangun tadi, perasaanku biasa-biasa saja, tapi semenjak ada suatu energi berwujud ular, dan masuk dalam dadaku pikiranku jadi kacau seperti orang gila. "Perasaanku jadi mencekam, aku takut terjadi sesuatu pada diriku. "Ya Tuhan apa yang terjadi pada diriku".Mengapa aku jadi begini?, "Batinku nelangsa".

Dengan perasaan yang diliputi râsa khawatir, lantas ku ambil segelas air putih lalu kubacakan doa-doa perlindungan yang pernah aku hapal, lantas airnya aku minum. Dengan hârapan, pengaruh itu cepat berlalu. Tapi tetap saja pengaruh itu tidak juga hilang

Tapi aku tidak berputus asa, aku berusaha sekuat mungkin melawan kekuatan yang mempengaruhi diriku, karena aku sangat yakin pengaruh jahat itu datang nya dari siluman ular yang bersemayam di dalam dadaku, sambil duduk di kursi aku terus-terusan membaca doa-doa perlindungan kepadanya.

Puji Tuhan, doa ku akhinya terjawab, karena ketika aku lagi khusyu-khusunya melafalkan sebuah doa, aku merasakan dari dalam dadaku ada sesuatu yang bergerak-gerak, gerakan itu seperti geliatan ular yang terbangun dari lingkaran nya. Secara perlahan ular itu ke..luar dari dalam dadaku kurasakan lidahnya menjulur dan mendesis-desis merayap naik keatas kepalaku.

Liukan tubuh ular yang meliuk-liukan tubuhnya melewati kerongkongan ku begitu terasa, dan akhirnya ular itu keluar dari tubuhku bersamaan dengan lenyapnya pusaran energi dingin yang berputar-putar di sekitaran ubun-ubun kepalaku.

Setelah energi berbentuk ular itu keluar dari tubuhku, plong pikiranku menjadi terang, gejolak jiwaku yang tadinya dipenuhi amarah untuk merusak dan menyakiti diri sendiri mendadak hilang. Walau pun pengaruh itu sudah menghilang, badanku râsanya menjadi lemas.

Aku hanya bisa mêrenung, dân menduga-duga penyebab kejadian yang barusan Aku alami. "Apakah tadi siang aku memancing. Menyenggol siluman ular yang sedang berjemur dipinggir sungai? atau aku suka membunuh ular yang masuk rumahku, dan salah satunya adalah jelmaan makhluk halus? Entahlah sampai sekarang pertanyaan itu, aku belum bisa menemukan jawabannya. By Barangbang Semplak.

Comments

Popular posts from this blog

Misteri Dewi Kumbini Pusaranya Pantang Dibersihkan

Uang Tumbal

Orang Cinengah Garut Pantang Makan Daging Menjangan